Penyakit Campak VS COVID-19, Lebih Berbahaya Mana? Ini Faktanya!
Penulis : Admin RS-CMC rscandimasmdicalcenter.com - Kotabumi, 27 Januari 2023
Penulis : Admin RS-CMC rscandimasmdicalcenter.com - Kotabumi, 27 Januari 2023
“Tak hanya COVID-19, beberapa waktu terakhir, penyakit campak kembali mewabah di Indonesia. Ahli menyebutkan, gangguan kesehatan yang rentan terjadi pada anak-anak ini lebih berbahaya ketimbang COVID-19.”
Jakarta – COVID-19 masih belum sepenuhnya usai. Kini Indonesia tengah mengalami lonjakan kasus penyakit campak. Bahkan, kasus campak yang terjadi di Indonesia mengalami peningkatan hingga 25 kali lipat dalam satu tahun belakangan.
Laporan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia menyebutkan, anak yang mengalami paparan campak pada 2021 tercatat sebanyak 132 orang. Setahun berselang, angka ini melonjak hingga mencapai 3.341 kasus campak.
Tidak berbeda dengan COCID-19, campak juga menjadi gangguan kesehatan yang menular. Akan tetapi, benarkah penularan penyakit campak justru lebih membahayakan daripada COVID-19?
Para ahli menyebutkan bahwa memang benar jika campak jauh lebih membahayakan ketimbang COVID-19. Berikut alasannya:
Alasan pertama yaitu komplikasi yang terjadi akibat penyakit campak yang terlambat atau tidak mendapatkan penanganan. Campak dapat membuat anak-anak yang terpapar mengalami diare berat, bahkan memiliki risiko tinggi meninggal dunia.
Kondisi ini akan menjadi lebih buruk pada anak yang terpapar penyakit campak dengan kondisi kurang gizi. Tak hanya diare berat, komplikasi lain yang bisa terjadi termasuk peradangan pada otak, paru, pneumonia, hingga infeksi yang menyerang selaput mata dan berujung pada kebutaan.
Selain itu, campak juga menjadi gangguan kesehatan dengan tingkat penularan yang sangat tinggi. Seperti halnya COCID-19, penyakit campak terjadi karena infeksi virus yang berasal dari famili Paramyxovirus. Virus ini dapat dengan mudah menular dari percikan ludah ketika batuk, bicara, bersin, droplet, atau lewat cairan hidung.
Tingginya tingkat penularan virus ini membuat anak-anak yang berada di ruang yang sama dengan pengidap penyakit campak bisa segera tertular. Bahkan, meskipun pengidap sudah pergi dari tempat tersebut, virus tetap tinggal pada ruang tersebut dan bisa memicu penularan.
Penyakit campak tidak hanya menimbulkan ruam pada permukaan kulit. Infeksi virus ini juga bisa menginfeksi paru-paru, bahkan hingga otak. Inilah sebabnya, ahli menyebut campak lebih berbahaya daripada COVID-19.
Biasanya, gejala dari campak akan mulai terlihat dalam rentang waktu 10 sampai 14 hari setelah virus menginfeksi. Selanjutnya, akan muncul gejala lainnya berupa:
Pegal linu.
Diare.
Pilek dan hidung tersumbat.
Tubuh demam dan lemas.
Setelahnya, akan muncul ruam pada leher dan wajah, yang menyebar pada seluruh bagian tubuh lainnya. Ruam ini mulanya akan terlihat seperti biang keringat. Selanjutnya, ruam kecil akan saling menyatu dan menjadi kumpulan ruam tubuh yang lebih besar.
Anak-anak yang belum mendapatkan vaksin MMR memiliki risiko tinggi mengalami penularan. Begitu pula dengan orang dewasa yang belum mendapatkan vaksin atau belum pernah terinfeksi virus penyebab campak.
Inilah sebabnya, pemerintah bersama dengan IDAI berupaya untuk menggalakkan imunisasi campak untuk mengurangi tingginya penularan masalah kesehatan tersebut. Meski kamu bisa terkena infeksi, tingkat keparahan penyakit tersebut tidak akan terlalu tinggi karena kamu sudah mendapatkan vaksin.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Diseases & Conditions. Measles.
CNN Indonesia. Diakses pada 2023. 4 Alasan Kenapa Campak Lebih Berbahaya dari Covid-19.
National Foundation for Infectious Diseases. Diakses pada 2023. Measles & COVID-19: A Dangerous Combination.
https://www.halodoc.com/