Kedutan Itu Bahaya Nggak, Sih?
Penulis : Admin RS-CMC rscandimasmdicalcenter.com - Kotabumi, 10 JULI 2025
Penulis : Admin RS-CMC rscandimasmdicalcenter.com - Kotabumi, 10 JULI 2025
Pernah nggak sih kamu tiba-tiba ngerasa mata, pipi, atau bagian tubuh lain berkedut sendiri? Rasanya kecil, cepat, dan bikin penasaran. Banyak orang mengaitkan kedutan dengan mitos atau firasat, padahal dari sisi medis, kedutan punya penjelasan ilmiahnya sendiri. Nah, sebenarnya kedutan itu bahaya nggak, sih?
Kedutan, atau dalam istilah medis disebut fasciculation, adalah kontraksi otot kecil yang terjadi secara tidak sadar. Kedutan bisa muncul di berbagai bagian tubuh, tapi yang paling umum terjadi di kelopak mata, bibir, tangan, atau kaki.
Sebagian besar kedutan sebenarnya tidak berbahaya dan bisa disebabkan oleh hal-hal sederhana seperti:
Kelelahan atau kurang tidur
Stres dan kecemasan
Terlalu banyak kafein
Kekurangan elektrolit seperti magnesium atau kalium
Dehidrasi
Iritasi ringan pada saraf
Kalau kamu mengalami kedutan sesekali, terutama setelah begadang atau banyak minum kopi, biasanya itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Walaupun sebagian besar kedutan bersifat jinak, ada beberapa kondisi medis yang bisa menyebabkan kedutan terus-menerus dan bisa menjadi tanda adanya masalah saraf. Misalnya:
ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) – Kedutan bisa menjadi gejala awal, disertai kelemahan otot.
Neuropati perifer – Kerusakan saraf tepi yang bisa menyebabkan kedutan dan sensasi kesemutan.
Multiple sclerosis (MS) – Penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat.
Efek samping obat – Beberapa obat bisa menyebabkan otot berkedut sebagai efek samping.
Kalau kedutan kamu berlangsung terus-menerus, menyebar ke banyak area tubuh, disertai kelemahan otot, atau gangguan gerak lainnya, sebaiknya konsultasikan ke dokter saraf.
Kesimpulannya, kedutan tidak selalu berbahaya. Bahkan, dalam banyak kasus, itu cuma sinyal tubuh bahwa kamu perlu istirahat, hidrasi cukup, atau kurangi stres. Tapi kalau kedutan makin sering, nggak hilang-hilang, dan mulai ganggu aktivitas, barulah perlu dicari penyebab lebih seriusnya.